Leuwiliang, Kabupaten Bogor — Kehadiran Mie Gacoan di Leuwiliang sejak 29 April 2025 lalu langsung disambut antusias oleh masyarakat. Tidak butuh waktu lama, restoran cepat saji berbasis mi pedas tersebut langsung menjadi primadona kuliner baru di wilayah barat Kabupaten Bogor. Pembukaan gerai ini menambah daftar panjang ekspansi Mie Gacoan yang kian mendominasi dunia kuliner Indonesia dengan konsep modern dan harga terjangkau.

Gerai Mie Gacoan Leuwiliang terletak di jalur strategis pusat Kecamatan Leuwiliang, tepat di pinggir Jalan Raya utama yang setiap hari dilintasi kendaraan dari dan menuju arah Bogor barat, Jasinga, serta Cigudeg. Pemilihan lokasi yang strategis ini menjadi daya tarik tersendiri, namun di sisi lain menimbulkan dampak lalu lintas yang cukup signifikan. Sejak hari pertama beroperasi, antrian kendaraan yang parkir di bahu jalan membuat arus lalu lintas tersendat, bahkan menimbulkan kemacetan berkepanjangan di beberapa titik, terutama pada jam makan siang dan malam hari.
Kepadatan ini bukan tanpa alasan. Mie Gacoan telah lama dikenal sebagai tempat makan yang menyajikan menu kekinian, terjangkau, dan sangat digemari anak muda. Dengan menu utama seperti Mie Setan, Mie Iblis, dan minuman berwarna-warni seperti Es Genderuwo dan Es Tuyul, suasana restoran yang colorful dan estetik juga menjadi daya tarik pengunjung untuk berswafoto dan nongkrong. Alhasil, Mie Gacoan bukan sekadar tempat makan, tapi juga menjadi ruang sosial baru bagi remaja dan keluarga.
Melihat tingginya animo masyarakat, pihak pengelola restoran tidak tinggal diam. Untuk meningkatkan efisiensi pelayanan, manajemen Mie Gacoan Leuwiliang kini menerapkan sistem pemesanan berbasis barcode (QR code). Setiap pengunjung yang datang akan diarahkan untuk melakukan scan barcode di meja atau pintu masuk, lalu memesan makanan dan minuman secara langsung melalui aplikasi atau website. Sistem ini terbukti mengurangi antrean panjang dan mempercepat proses pelayanan, terutama saat jam sibuk.
Namun, ramainya pengunjung juga mengundang berbagai reaksi dari masyarakat sekitar. Sebagian warga mengapresiasi kehadiran Mie Gacoan karena mendatangkan potensi ekonomi, mulai dari meningkatnya omzet pedagang kecil di sekitar lokasi hingga munculnya peluang kerja baru bagi warga lokal. Di sisi lain, sejumlah warga mengeluhkan dampak negatif seperti kemacetan, sulitnya akses kendaraan umum, dan suara bising dari keramaian pengunjung.

Selain sebagai tempat makan, Mie Gacoan Leuwiliang juga menunjukkan potensi untuk menjadi ruang kreatif komunitas, mengingat semakin banyak pengunjung yang menggunakan area restoran sebagai tempat diskusi, belajar kelompok, hingga mini gathering.